Mengulas Puisi Chairil Anwar

Chairil anwar merupakan tokoh pejuang yang berjuang melalui seni.  Nama Chairil anwar terkenal sejak tulisannya di muat pada Majalah Nisan  di tahun 1942.  Chairil Anwar adalah seorang seniman yang lahir di Medan 26 Juli 1992 dengan begitu banyak karya – karya puisi yang dimilikinya.  Chairil Anwar adalah seorang penyair Indonesia terkemuka yang telah menciptakan berbagai karya puisi.   Salah satu puisi chairil anwar yang sangat familiar adalah puisi yang berjudul “Aku” yang membuatnya dijuluki “Si Binatang Jalang”.

Pada masa hidupnya, Chairil Anwar sudah menulis sekitar 94 karya dimana 70 diantaranya adalah puisi dengan karyanya yang paling terkenal yaitu puisi berjudul “Aku”.  Chairil Anwar tutup usia pada usia 26 tahun pada tanggal 28 April 1946 di Rumah Sakit CBZ atau yang sekarang ini terkenal dengan sebutan Rumah Sakit Dr. Cipto Mangunkusumo Jakarta.  Untuk mengulas karya – karya Chairil Anwar, berikut adalah puisi dari Chairil Anwar yang sempat dituliskannya sebelum menutup usia.
Puisi Chairil Anwar
AKU


Kalau sampai waktuku
Ku mau tak seorang kan merayu
Tidak juga kau
Tak perlu sedu sedan itu
Aku ini binatang jalang
Dari kumpulannya terbuang
Biar peluru menembus kulitku
Aku tetap meradang menerjang
Luka dan bisa kubawa berlari
Berlari
Hingga hilang pedih peri
Dan akan lebih tidak perduli
Aku mau hidup seribu tahun lagi



Setelah membaca puisi Chairil Anwar yang berjudul  “Aku”  dapat disimpulkan pbahwa tema yang diambil dari puisi karya Chairil Anwar adalah mengenai semangat dalam membebaskan diri dari  penjajahan.  Hal ini dapat terlihat dari baris yang bertuliskan “biar peluru menembus kulitku, Aku tetap meradang menerjang”. Baris puisi tersebut menyiratkan bahwa seorang Chairil Anwar memiliki semangat yang berkobar dalam mempertahankan harga dirinya serta mengkobarkan semangat untuk terlepas dari penjajahan.

Dalam puisi Chairil Anwar berjudul “Aku”diatas mengungkapkan ekspresi Chairil Anwar pada ketidak peduliannya terhadap orang lain. Hal ini tertuang dalam baris pertama puisi tersebut yaitu “Ku mau tak seorang kan merayu, tidak juga kau”. Baris tersebut menyiratkan bahwa seorang Chairil Anwar tidak ingin mendengarkan atau tidak akan memperdulikn apa kata orang lain yang semakin didikung pada baris terakhir puisi tersebut “dan aku akan lebih tidak perduli, Aku mau hidup seribu tahun lagi”. Ia tidak ingin memperdulikan orang lain atas kebebasan yang ia inginkan. Ia ingin menjadi seorang yang bebas, bahkan meskipun is harus terluka serta merasa perih.

Hal lain yang tersirat dalam puisi Chairil Anwar adalah bahwa manusia tidak perlu meratapi nasibnya atas apa yang terjadi pada kehidupannya. Ini tersiratkan pada baris “tak perlu sedu sedan itu”.  Manusia juga harus terus memperjuangkan hidupnya untuk kebebasan serta apa yang diinginkannya dalam hidupnya.  Ini tersirat pada baris “Luka dan bisa ku bawa berlari, berlari hingga hilang pedi peri”.

Puisi Chairil Anwar berjudul “ Aku” dapat disimpulkan memiliki makna sebagai berikut:
-       Bahwa seorang manusia semestinya memiliki jiwa pantang menyerah walaupun di depan berbagai hambatan serta rintangan menghakangi namun harus dihadapi dengan terus berjuang, tegar serta teguh pada pendirian
-       Bahwa seorang manusia semestinya memiliki semangat juang untuk terus maju ke depan serta memiliki semangat hidup bahwa ia mampu terus berjuang mempertahankan hidupnya tak perduli apa yang akan dikatakan orang lain mengenai kita. 
-       Meskipun seorang manusia dipandang tidak berguna oleh orang lain serta disingkirkan dari kelompoknya, tapi bukan berarti ia tidak memiliki harga diri serta semangat untuk mncari kebebasan serta melanjutkan hidupnya. 
-       Seorang manusia tidak perlu meratapi nasibnya atas apa yang telah terjadi pada dirinya.  Yang perlu dilakukan adalah terus semangat dalam melalui hidup.

Itulah ulasan mengenai puisi Chairil Anwar yang fenomenal berjudul “AKU”.  Dalam menciptakan karya – karyanya, Chairil Anwar sering menampilkan makna mengenai pemberontakan, kematian, kehidupan, individualisme, serta tak jarang sisi perjuangan.  Bersama Rivai Apin serta Asrul Sani, Chairil Anwar dinobatkan sebagai pelopor angkatan 45 dan puisi modern Indonesia oleh H.B Jassin.  Semoga karya – karya Chairil Anwar dapat menjadikan inspirasi untuk generasi muda dalam berkarya di bidang sastra dan mampu memberikan karya terbaiknya.
Mengulas Puisi Chairil Anwar | SalahLangkah.com | 5